Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Nafsu Besar, Tenaga tidak Jelas

Gambar
Saya dikejutkan oleh pertanyaan wartawan soal sesumbar Puan Maharani, puteri mahkota bu Megawati Soekarno Putri untuk pimpin PDI Perjuangan selanjutnya menggantikan ibunya. Si Puan sesumbar bakal tumbangkan dominasi Partai Golkar di Provinsi Sulawesi Selatan pada pemilu 2019. Dasar klaimnya adalah kepastian-kemenangannya capres/cawapres Jokowi-JK nanti di Pilpres 9Juli 2014. Waktu saya ditanyakan tentang itu, yang bisa saya katakan sebagai tanggapan adalah bahwa itu serupa dengan pameo yang mengatakan, "Nafsu besar, tapi tenaga kurang."  Tapi whatever lah soal itu. Sesumbar si Puan itu, jg adalah tanda bahwa putri mahkota ini wawasannya tdk ada soal partai Golkar Sulawesi Selatan. BErikut ini adalah postingan twitter saya soal dialog di SUN TV Makassar beberapa wakitu yang lalu.  Sumber; http://chirpstory.com/li/215177

Media dan Jurnalis Fanatik Jokowi-JK

Gambar
Maqbul Halim Ingin melihat media-media yang partisan saat laporkan hasil liputannya di Kampanye Prabowo Subianto di Makassar, Selasa, 17 Juni lalu? Usai kampanye itu, kita bisa temukan berita-berita media dalam tiga kategori; Pro Jokowi-JK, Anti Prabowo-Hatta, dan Netral. Ada beberapa penggalan kata atau kalimat berita dari pidato Prabowo tersebut yang dapat menjadi petunjuk tentang fanatisme media dan jurnalis pada Pilpres 2014 ini. Penggalan ini sangat menentukan kemana affiliasi jurnalis, redaktur, pengamat atau media tersebut. Dalam pidato yang berlangsung kurang lebih 26 menit tersebut, Prabowo menegaskan bahwa jika dirinya menjadi presiden, ia tidak ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disuruh-suruh saja. Apalagi, katanya, menjadi pesuruh bangsa lain. Kita harus menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri. Di sinilah Prabowo mengawali beberapa poin pidatonya yang kemudian dikontroversialkan oleh pewarta dan pengamat. Pada intinya, Prabowo i...

Pilih Prabowo-Hatta Karena Itu Mauku

Gambar
Jika saya orang Sulsel, atau saya orang Bugis-Makassar, haruskah saya pilih orang Bugis-Makassar pada Pilpres 2014 ini? Tentu tidak harus. Kenapa tentu tidak? Karena saya sudah pernah mendapatkan pendidikan formal dan informal. Saya pernah dididik di SD, SMP, SMU/SMA, dan perguruan tinggi.  Sepanjang masa itu, horison berpikir saya melebar seluas-luasnya. Tidak sempit. Tidak picik. Intelektualitas saya kuat, sehingga tidak tunduk pada mental-mental yang kedaerahan. Mental primordial, suatu kondisi yang segala urusan berangkat dan demi rasa kedaerahan. Horison berpikir seperti itu menjadi sempit, sesempit daerah asal, sesempit segala hal yang ada di dalamnya.  Jika saya bermental primordial seperti itu, untuk apa saya menyusahkan orang tua saya menyekolahkan diriku hingga di perguruan tinggi? Saya sudah banyak tertawa melihat orang-orang sekolahan yang sarjana, doktor, master, profesor di Sulawesi Selatan, tapi bermental primordial.  Contoh yang paling lugu ...

Kebaikan Rusak Kebaikan

Gambar
Dimana lagi saya mengakhiri kebimbangan ini, jika malaikat dan malaikat lainnya saling merusak Para pendakwah berlari menjauh dari Kitab, menebas seolah inkuisitor yang hanya tahu satu ayat. Mereka tidak kenal Tuhan. Tapi mereka begitu detil kenal musuh-musuh Tuhan. Para pendosa membagi diri, seperti Amoeba membelah diri. Padahal keduanya berangkat dari tempat, dimana iblis dan malaikat digerakkan oleh tujuan yang sama. Suatu tujuan yg tdk pernah disusun dlm kejujuran. Tapi selalu disebut, bahwa tujuan itulah kejujuran itu sendiri. Malaikat yang satu jelaskan hal yg tidak mungkin jelas. Malaikat saingan buat jadi tidak jelas dari hal yang sdh pasti jelas. Di ujung waktu yang hanya semenit, jutaan dosa dan aib harus diketik. Setelah itu, tinggal Tuhan yang ENTER. Gaduh. Tapi itulah teater. Tuhan, Malaikat, Pendosa, Penjahat. Semua tenang berada dlm satu naskah. Ada orang baik, lengkap dg maksud baiknya. Tapi lupa bahwa dalam sandiwara, kebaikan itu ada batasnya. Katamu, kata kalian: k...

Di Twitter, Jubir Golkar Sulsel Sebut Kopel Sulawesi Pecundang

Gambar
MAKASSAR, RAKYATSULSEL.COM – Juru bicara (jubir) Golkar Sulsel, Maqbul Halim, melancarkan kritikan kepada Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia. Kritik Maqbul, disampaikannya melalui akun twitter-nya beralamar @maqbulhalim. Kritik Maqbul disampaikan dalam delapan tweet yang menggunakan hashtag (tanda pagar) #Kopel_Sulawesi. Di tweet pertamanya, Maqbul mengkritik Kopel Sulawesi dengan menyebut Kopel sebagai LSM partisan. “Kopel Sulawesi, LSM partisan, mulai persoalkan proyek CPI di Sulsel. Apa lg agenda politik LSM ini? #Kopel_Sulawesi” tulis Maqbul dalam akunnya. Maqbul juga mengkritik Kopel Sulawesi yang tidak pernah mengungkit kasus PDAM Makassar. “Katanya melakukan investigasi di proyek CPI! Tp 6 thn data kerugian negara di PDAM Makassar, tdk pernah diinvestigasi. #Kopel_Sulawesi” tulisnya. “@maqbulhalim: Ada hubungan apa antara PDAM Makassar & Kopel Sulawesi shg lsm partisan ini tdk investigasi PDAM Mks? #Kopel_Sulawesi” tulis Maqbul berikutnya. ...