Anak Panah Jatuh di Sungai
Mereka itu anak panah
Jika belantara perang sedang diam
mereka dionggok di kantong anak panah
Tidak berbahaya, tidak menakutkan
Bisa dipatahkan
Bisa disimpan saat empunya sedang sibuk di ranjang
Dalam suatu pesta malam, dan yang berbahaya sedang tenang, diam
Tak ada tentara yang memeriksa anak panahnya
Tapi di pinggangnya tetap terselip bilah pedang
Anak panah tidak pernah kembali ke busurnya
Sekali itulah mereka diluncurkan menukik pergi
Mendesis menembus angin melumat bentang
Menghajar, menubruk, menembus
Juga meleset, melenceng ditelan gravitasi, mungkin jatuh di sungai
Hanyut entah kemana dalam gelap malam
Setelah itu, mereka mungkin terbuang dalam waktu
Mereka entah dimana, ketika roti dan anggur sedang dibagikan di bawah
tenda perang
Saat perang menisbahkan pemenang,
saat burung nazar berpesta di atas bangkai manusia,
Kavaleri pulang dengan kudanya
Infantri pulang dengan tombak dan pedangnya
Artileri pulang dengan meriamnya
Pemanah pulang dengan busurnya
Busur yang telah dilepas, tak dibawah pulang
Mereka bersama dengan tentara yang meregang sakit,
Mereka dibakar, dikubur massal bersama mayat-mayat
Mereka tidak dirawat seperti pedang, tombak, dan busur
Tidak juga sebagai pemantik dalam kisah sukses perang
Mereka tidak dicemaskan oleh majikan yang soleh, penglima yang adil,
raja yang bijak
Mereka itu anak panah, bukan pedang. Bukan tombak.
Hubungan antara anak panah dan pemanah, berakhir saat anak panah
dilepas dari busur
Itu pun tak ada garis yang tetap dan pasti.
Makassar, 20 April 2014
Komentar
teruslah bergerak dengan kepala tegak, dan bikin hati kami tergerak.