Harapan Itu
Maqbul Halim Makassar, Nopember 1999 Selama 32 tahun "ummat" Indonesia hidup di bawah kegelapan. Bangsa tidak memerlukan mata sebab tak ada sesuatu yang dapat atau mungkin mereka lihat. Boleh jadi waktu itu "umat" ini tengah dirumahkan dalam perut bumi yang jaraknya dari permukaan bermil-mil. Merenungi nasib kehidupan yang demikian, mereka kiranya membutuhkan "Superman" melebihi atau minimal seperti Nabi Musa. Cerita tentang Bangsa Yahudi yang dikisahkan secara kontemporer dari generasi ke generasi, memang tidak menyertakan arsip penderitaan. Tapi ketidakputusasaan Bangsa Yahudi menekuni penderitaan, tokh akhirnya mengundang Tuhan mengulurkan campur tangannya melalui Nabi Musa. Setelah sukses menderita di bawah penindasan Rezim Fir'aun di Mesir, Bangsa Yahudi kemudian diantar Nabi Musa menuju sebuah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka. Tapi Tuhan dalam harapan Bangsa Yahudi ini bukan politikus; Nabi Musa bukan pemimpin parpol, aktivis prodemokrasi...